Langsung ke konten utama

MENJAGA SANG BUAH HATI

Brothers, Boys, Children, Look Up
pixabay
Menjaga buah hati adalah amanah. Ya amanah dari Allah kepada ibu dan bapak. Amanah yang unik. Apabila dikerasi maka besar kemungkinan dia patah, takut, minder. Apabila diasuh dengan serba boleh, ada kemungkinan dia salah arah. Namun yang perlu kita ingat buah hati adalah amanah didalamnya ada ujian dan nikmat.

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At Taghabun 14-15)

Kata kuncinya
Memaafkan, tidak memarahi dan mengampuni kesalahannya dengan hikmah dan kebaikan. Kunci hati manusia adalah hak Allah. Ibu dan bapak hanya berusaha. Maka setiap perbuatan ibu dan bapak harus memperhatikan sisi-sisi kearifan.
Di depan anaknya , ibu dan bapak senantiasa menjaga sikap dan perbuatan jangan sampai menodai perkembangan jiwa sang anak. Dalam Al Qur’an yang dapat kita jadikan landasan untuk merenungkan dan memikirkan bagaimana seharusnya kita mendidik anak.  

“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi keba-nyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum: 30)

Ayat ini bermaka manusia diciptakan sesuai fitrahnya dan diperintahkan tetap menjaga fitrahnya. Lebih rinci lagi dijelaskan  dalam Hadist Rasulullah SAW yaitu:

 “Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, maka hanya kedua orangtuanya lah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, seorang Nasrani, atau seorang Majusi”
(Hadist riwayat Bukhari, Juz 1, hlm 1292)

Tapi senyatanya anak menjadi  korban pertama pelampiasan emosi ibu atau bapak, kemarahan atau kesedihan. Apalagi anak yang memang masih suci dari dosa tersebut memang dibekali oleh Allah dengan naluri kepekaan yang tinggi terhadap suasana hati orang lain.

Rasullullah SAW bersabda: "Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat "Lailaha-illaallah". Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, "Lailaha-illallah".

Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya "Lailah-illallah", kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya." (sya'bul Iman, juz 6, hal. 398 dari Ibn abbas)

Anak-Anak Hebat Mengingat
Jika anak-anak sering mendengar kata-kata kasar bernada keras, bentakan, cacian, ucapan yang mengandung rasa kesal dsb akan membuat memori anak merekan bahkan mengingatnya terus.

Mengenai hal yang satu ini ,anak-anak memang jagonya. Naluri mereka tentang kepekaan merupakan fitrah yang terasah.Begitu hebatnya hingga seringkali tak terbayangkan oleh orang dewasa. Perhatikan sebuah pertistiwa, ketika si keci yang berusia dua tahun berusaha menaiki sandaran sofa dan berdiri diatasnya.

Ibunya sedang asyik bicara dengan teman atau tamunya, sikecil mencapai puncak sandaran yang cukup tinggi ,untuk kemudian berusaha berdiri di sana . ketika sang ibu mengetahui apa yang dilakukan anaknya, spontan menjerit histeris dengan gusar segera menangkap tubuh Si kecil, mengomel dan menurunkan Si kecil dengan paksa. Ya Si kecil merekamnya, membekas bahkan terus mengingatnya sampai dia besar. Perhatikan saat besar nanti dia dapat menceritakan ulang peristiwa kepada ibu dan ayahnya. Apabila ibu dan ayah salah menanganinya, akbibatnya kan fatal.

Bagi ibu dan ayah yang pernah 'menggorekan' peristiwa buruk, sesegera lakukan riviu dan mintalah maaf kepada Si kecil.


Ikhlas lahir batin
Yang menjadi inti dari segalanya adalah perasaan orang tua. Sepandai-pandai orang tua bersandiwara menutup-nutupi perasaannya,tak akan  bisa berhasil dengan baik . Sementara berusaha menghindari timbulnya perasaan negatifpun tak mungkin bisa dilakukan.’

Wajib kita sadari orang tua juga manusia biasa.Menghadapi sekian banyak tantangan kehidupan yang menimbulkan perasaan negative dan konflik-konflik kejiwaan ? Apalagi jika kenyataan menakdirkan orang tua memiliki karakter khas yang negatif ,seperti penakut,ragu-ragu,pemalu,dsb.kemudian bagaimana upaya kita menanggulangi perasaan-perasaan ini. Cobalah untuk meningkatkan keikhlasan hati dan keimanan dalam menerima apapun yang kita hadapi.Benar bahwa ketinggian iman seseoranglah yang sangat berpengaruh di dalam hal ini.

Mendidik Si kecil dengan iman adalah jalan terbaik untuk kesuksesan pertumbuhan jiwa anak. Namun akselerasi kebaikan itu tidak akan berkembang baik jika tidak didasari konsep iman yang benar.

Iklaslah dengan jalan yang benar ini, Islam. Yakinkan dengan bimbingan Islam dengan role model orantua yang baik (iman yang iklas) insyaallah pertumbuhan anak akan berhasil baik.

Semoga ini jalan dan kode untukmeraih cita-cita pertumbuhan anak dengan jiwa yang sehat secara dunia dan akhirat.
                                                   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EMPAT HAL YANG DIHARAMKAN ALLAH

pixabay Setiap manusia memiliki potensi kebaikan dan keburukan. Kebaikan akan senantiasa terjaga dengan memperbanyak amalan kebaikan dan sesuai ajaran Islam, sebaliknya potensi keburukan timbul akibat permisif terhadap hal-hal yang meragukan. Untuk mngelola amal soleh kita agar tidak terjebak kepada hal yang buruk maka penting untuk memperhatikan hal-hal yang dilarang agama bahkan diharamkan. Setiap muslim harus meninggalkan apa yang diharamkan Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus tahu apa saja yang diharamkan-Nya Rasulullah saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah azza wa jallah mengharamkan kamu : mendurhakai ibu, menguburkan anak perempuan hidup-hidup, enggan membayar kewajiban, dan menuntut yang bukan haknya.”(HR Muslim dari Mughirah bin Syu’bah) Berdasarkan hadits diatas, dari sekian banyak yang diharamkan, ada empat hal yang harus kita hindari yaitu sebagai berikut. DURHAKA KEPADA IBU Orang tua, apalagi ibu adalah orang yang harus sangat dihormati. Bila anak du

Sejarah Negeri Syam

pixabay Berbicara tentang Syam, tiada habisnya. Negeri yang mengalami pencerahan peradaban yang maju dan moderen pada zamannya. Negeri dimana rasul-rasul banyak berdomisili. Syam menjadi icon peradaban yang modern. Peninggalan-peninggalan kebudayaan mencerminkan kemajuan manusia pada zaman itu. Dalam surah al-A'araf ayat 137, Allah menegaskan bahwa negeri-negeri yang dipusakakan untuk Bani Israel tersebut tak lain adalah Syam. Negeri yang subur dan berlimpah kemakmuran. Tempat sejarah dan peradaban manusia mencapai kemajuan yang pesat. "Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri- negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya." Demikian pula, Allah menyelamatkan Ibrahim dan Luth ke negeri-negeri yang diberkahi adalah Syam. Inilah penegasan dalam surah al-Anbiyaa' ayat 71. Al-Imam al-Waqidi dalam bukunya yang berjudul The Islamic Conquest of Syria menyebutkan, Syam bermakna  signifikan dalam penamaan Islam. Alquran menyebutnya sebagai